Senin, 05 Januari 2015

Tembang Macapat Pucung

Tembang Macapat Pucung


Pucung
Pon angongngong pa’na Putjung
Dja’ onengga ngotja’
Lora tore rassa’agin
Kasennengan tebbasa mlarat sampeyan
(Asmoro, 1950:21)

Terjemahannya sebagai berikut :
(Sudah terdengar ceritanya bapak Putjung, jika saja bisa mengutarakan, coba rasakan kesulitannya, kesenangan terbayar dengan kemiskinan-mu)
Tembang ini mempunyai watak sembrana parikena (sembarangan), biasanya dipakai untuk menceritakan hal-hal yang ringan, jenaka atau teka-teki. Adapun  tataran yang lebih luas, isi dari tembang Pucung memberikan penggambaran hubungan yang sangat harmonis dan serasi antara sesama manusia sebagai makhluk Tuhan. Apakah manusia itu mempunyai kedudukan dan status tinggi dalam masyarakat, ataupun manusia itu hanya sebagai hamba sahaya. Tembang ini mengingatkan kepada manusia, terutama kepada para penguasa, para majikan, para juragan, para atasan agar tidak berbuat sewenang-wenang.
Tembang Pucung menggambarkan hubungan antara pemberi perintah dan penerima perintah. Walaupun berada dalam posisi yang lebih tinggi, kaya dan mapan, manusia dihimbau agar tidak silau dan berbuat tidak adil kepada para pelayan, bawahan, hamba sahaya. Karena para bawahan, pembantu mempunyai andil yang sangat besar bagi kesuksesan yang di raih. Hal itu sebagai suatu bukti, bahwa manusia membutuhkan orang lain, manusia memiliki ketergantungan yang sangat tinggi sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.
Tembang ini mengungkapkan tentang nasehat kepada sesama manusia, dalam menjalin hubungan dengan sesama untuk lebih mementingkan rasa rendah hati dan tenggang rasa yang tinggi. Seseorang yang mempunyai status dan kedudukan lebih tinggi, dihimbau  memperlakukan bawahan untuk lebih bersikap manusiawi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting