Selasa, 06 Januari 2015

Tembang Macapat Mijil

Tembang Macapat Mijil



Mijil
Tapa tedhung ka dhaja alowe,
Biridda emaos,
Atena sorat Yasin se dhingen.
Paparengnga ma’ keyae,
Enggi ebaca bajengnge,
Pon ta’ poron ambu
Sakeng rajana terro dha’ pottre,
Nyegga’ nase’ juko’,
Pon ta’ tedhung salanjangnga are,
Asena brang tadha’ pottre raddin,
Dha’ Allah amoji,
Nyo’on duli kabbul.
Kacator se atapa pon abit,
Badanna pon geddur,
Ta’ aguliyan sakale-kale.
Matang-matang enga’ oreng mate,
Ta’ kowat akebbi’,
Gun nyaba akelbu’……
(Asmoro, 1930…)

Terjemahannya sebagai berikut  :
(Tapa tidur ke paling utara, wiridnya dibaca, hatinya surat Yasin yang dulu diberi Ulama, sudah dibaca dengan rajin, dan tidak mau berhenti. Karena besarnya keinginan ke putri, makan nasi ikan, sudah tidak tidur sehari-semalam, hampa tanpa rasa putri cantik, kepada Allah memuji minta dikabulkan. Sudah berjalan tapanya sudah lama, tubuhnya lemas tanpa urat, tidak ada gerak sedikit pun, kelihatan sudah seperti orang mati, tidak kuat menahan, Cuma nafas yang kelihatan).

Mijil
Langnge’ biru bintang tep ngarettep
Sabenne mancorong
Bulan bunter tjahya pote koneng
Tera’ ngantar ampon sasat are
Neng panas ta’andi’
Gneko bidha epon

Terjemahannya sebagai berikut :
( Langit biru bintang bertebaran sinarnya, Sinarnya menyilaukan, Bulan bulat cahaya keemasan. Terang bulan karena hari suah senja, Panas tidak ada, Itu perbedaannya).
Manusia merupakan makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT. Begitu besar kasih sayang Allah kepada makhluk yang bernama manusia, sehingga seluruh alam raya yang diciptakan hanya untuk kemaslahatan umat manusia. Namun banyak sekali manusia yang lupa bersyukur akan kebesaran kasih sayang Allah SWT. Alunan syair tembang Medjil mengingatkan, supaya manusia tidak melupakan nikmat yang diterimanya. Manusia diajak untuk menggunakan kepekaan batin sekaligus rasionya untuk memikirkan kebesaran alam semesta. Dengan begitu manusia dapat menarik sebuah kesimpulan, bahwa Sang Maha Pencipta, Allah  Ajja wa Jalla merupakan muara akhir dari perjalanan hidup manusia.
Dalam syair-syairnya tembang Medjil mengisyaratkan sebuah pesan tersirat, bahwa dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani manusia tidak mampu bersandar pada kemampuan diri semata. Ada sebuah Zat yang senantiasa memberi pertolongan, perlindungan sekaligus memberikan rahmat dan karunia. Di samping itu manusia senantiasa diingatkan pada sebuah kesadaran yang hakiki, bahwa Sang Maha Pencipta adalah tempat memohon, tempat bersandar, tempat meminta, tempat berpasrah diri, tempat berharap dan merangkumkan doa-doa sebagai pengakuan diri sebagai makhluk yang dhoif dan lemah.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting