Tembang Macapat Asmaradhana
Asmaradhana
Dhu tang ana’ reng se raddin, se ganteng pole parjuga
spopre enga’ ba’na kabbi.ja’ odhi’ badha neng dunnya
kodu ba’na enga’a, sabban are korang omor, sajan abid sajan korang.
Sabellun dhapa’ ka janji, la mara pong-pong sateya
bannya’-bannya’ pangabekte, alakowa parentana, jauwi laranganna
Guste Allah Maha Agung, ngobasane alam dunnya.
Dhu tang ana’ estowagi, asareya kabecce’anmenangka sangona odhi’.
Neng dunnya coma sakejje’, omor ta’ asomaja, tako’ dhapa’ dha’ ka omor
abali ngadep dha’ Allah
Terjemahannya :
(Duh,
anak-anak yang cantik, yang bagus dan gagah, supaya kamu ingat semua,
hidup ada di dunia, harus kamu perhatikan, setiap hari umur berkurang,
tambah lama tambah berkurang. Sebelum sampai ke janji, ayu kerjakan
sekarang juga, banyak-banyak berbakti, kerjakan perintah Tuhan, jauhi
larangan Tuhan, Gusti Allah Maha Agung, menguasai alam dunia. Duh anak
yang mendapat restu, carilah kebajikan, sebagai bekal hidup, takut
sampai kebatasnya umur, kembali menghadap Allah).
Asmaradhana
O, Alla se Maha Socce, Pangeranna alam dunnya,
Ngera-ngera pon ta’ oneng, Ran-maheran paparengnga, Se badha neng e jagat, Mecem-macem jutan ebun, hawa aeng apoy tana.
Akadi bintang e elangnge’, Gunggungnga sera onengnga
Nyo’on maaf langjkong sae
Opama badha atanya, mara kagali tretan
Pera’, emas menya’ lantong, tatombuwan ka’bungka’an
Durin salak jeruk manggis
Dha’-tedha’an manca barna
jaran macan juko’ rengnge’
Lantaran dhari bannya’na
Lerressa ta’ bangal tanggung
Ressem lecek lamon mongkat.
(Anggoyudo, 1983 : )
Terjemahannya :
(Allah
Yang Maha Suci, penguasa alam dunia, diperkirakan jumlahnya tidak tahu,
sangat mengherankan pemberiannya yang ada di dunia, beribu-ribu,
berjuta, udara, air, api dan tanah. Seperti bintang di langit, besarnya
siapa yang tahu, minta maaf lebih baik, sekiranya ada yang tanya, ayo
pikirkan saudara, perak, emas, minyak, pepohonan dan tumbuh-tumbuhan
lainnya. Buah durian, salak, jeruk, manggis, buat makanan beraneka
warna, macan, kuda, ikan sampai nyamuk, tak sanggup menghitung,
sebenarnya tidak berani menanggung, karena banyaknya ciptaan).
Asmaradhana
atau Kasmaran (Madura), berarti suka, kasengsem (jatuh cinta). Tembang
ini biasanya digunakan untuk menggambarkan perasaan cinta ataupun rasa
sedih. Selain itu juga memberikan gambaran rasa senang, bahagia, tidak
ada pikiran susah dan senantiasa berada dalam kondisi gembira.
Walaupun
tembang Kasmaran senantiasa menyiratkan aroma kegembiraan dan
kebahagiaan, tembang ini juga memberikan gambaran utuh tentang kewajiban
manusia terhadap sesama manusia ataupun kewajiban manusia terhadap
Khalik-Nya. Dalam arti manusia harus seimbang dan selaras dalam menata
hubungan, baik secara vertikal maupun secara horizontal.
Tembang
ini mengingatkan betapa pentingnya tali silaturahmi ditautkan. Saling
menyapa, saling berkunjung, saling membantu terhadap tetangga ataupun
sanak saudara. Menyambung tali silaturahmi merupakan ungkapan perasaan
kasih sayang dan akan memberikan dampak kegembiraan serta kebahagiaan
terhadap sesama manusia.
Salah satu
sifat manusia adalah senantiasa berbuat khilaf dan lalai. Dalam
syair-syairnya, tembang Kasmaran mengingatkan tentang kewajiban manusia
terhadap Sang Pencipta. Segala keindahan perhiasan yang ada di dunia
ini, jangan sampai memalingkan manusia dari Sang Pencipta. Kewajiban
manusia yang utama adalah beribadah kepada-Nya. Untuk itulah manusia
senantiasa diajak berbuat kebajikan, menjauhkan diri dari perbuatan
hina, keji, khianat dan mungkar. Di samping itu juga diingatkan tentang
batas umur yang dikaruniakan oleh-Nya, jangan sampai terbang percuma
dan sia-sia. Karena kehidupan manusia ibarat berada di persimpangan
untuk menuju kehidupan yang lebih hakiki dan abadi.
Di
sisi lain tembang Kasmaran menyiratkan kebesaran alam ciptaan-Nya.
Dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya, seluruh alam semesta dan semua
penghuni yang ada di bumi, mulai tumbuh-tumbuhan, hewan darat maupun
hewan laut ditundukkan serta diperuntukkan oleh Sang Maha Pencipta
kepada umat manusia. Melalui tembang ini manusia diingatkan untuk
senantiasa bersyukur atas kenikmatan yang demikian besar. Selain
mensyukuri nikmat-Nya, manusia diingatkan untuk memikirkan kebesaran
Sang Pencipta dalam upaya mempertebal iman sebagai bekal beribadah dan
mengabdi hanya kepada-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar