Tembang Macapat Pangkur
Pangkur
Raja onggu panremanna
Tanenmanna pon a nglebbi’I oreng
Oreng se mratane lebur
Klamon cokop landhu’na
Buwana ba’ lebba’ ka’ bungka’enna dhuluk
Nyaman bai long polongan
Panyeramanna la mare
Terjemahannya :
(Besar
sekali rasa syukurnya, tanamannya sudah setinggi orang, orang yang
merawat gembira, jika sudah cukup mencangkulnya, buahnya lebat sampai
pohonnya meliuk, jika butuh tinggal mengambil, sebelumnya setiap saat di
siram).
Perak-peral mare pasa
Tello polo are nakso e karengkeng
Tabu’ lapar nante’ bakto
Ta’ kenneng sarombanna
Pangaterro maste ngala ban atellok
Da’ ka atoranna pasa
Buka saor se epantje
(Asmoro, 1950 :19)
Terjemahannya :
(Gembira
sekali setelah selesai puasa, tiga puluh nafsu ter-penjara, perut lapar
menanti waktu buka, tidak bisa sembarangan, keinginan harus kalah oleh
ketentuan, dan aturannya puasa, berbuka dan sahur sesuai waktu).
Tembang
Pangkor ini biasanya dipakai untuk mengungkap hal-hal yang bersifat
keras, seperti kemarahan, perkelahian dan perang. Meskipun tembang
Pangkor identik dengan nuansa heroic, namun banyak diantara-nya
memberikan gambaran yang lugas dan gamblang tentang kekerdilan manusia
dihadapan Sang Pencipta.
Selain itu,
tembang ini menyiratkan satu sisi lain tentang nilai-nilai kebahagiaan
yang luar biasa pada diri manusia. Kebahagiaan tersebut dicapai karena
keberhasilan menjalankan perintah-Nya. Yaitu sebuah perintah untuk
menahan hawa nafsu, membersihkan hati, jiwa dan pikiran serta berbuat
jujur. Kewajiban menjalankan perintah-Nya, selama sebulan penuh di bulan
Ramadan yang penuh berkah.
Puasa merupakan cerminan hubungan yang paling dekat dan langsung antara manusia dengan Sang Khalik.
Hal itu disebabkan seseorang yang sedang ber-puasa dituntut jujur
terhadap diri sendiri, tidak berbohong, taat serta berbuat baik. Akibat
yang paling mencengangkan dan menakjubkan dari orang yang ber-puasa
adalah intropeksi diri. Dengan melakukan intropeksi diri, seseorang
akan mampu untuk selalu jujur pada diri sendiri, orang lain dan jujur
pada Tuhan-Nya.
Selain itu,
syair-syair yang diguratkan dalam tembang Pangkor menyiratkan tentang
perlunya manusia menjaga serta merawat lingkungannya. Dengan perawatan
yang baik, maka semua yang ada di permukaan bumi ini memberikan
keuntungan dan bermanfaat bagi manusia. Dari gambaran diatas dapatlah
dikatakan bahwa manusia sangat bergantung kepada makhluk lainnya,
sehingga keseimbangan dan ekosistem alam akan terjaga apabila manusia
berlaku arif dan bijaksana ketika mengelola kekayaan yang diciptakanNya.
0 komentar:
Posting Komentar