Rabu, 14 Januari 2015

Tembang Macapat Gambuh

Tembang Macapat Gambuh



Gambuh
Maneh-maneh welingku
Ngabektia maring rama ibu
Uga guru kabeh paring suluh becik
Kanggo nata urip besuk
Paring teken miwah obor
(Suwito, 1983:41)

(Sekali lagi nasehatku, berbakti-lah terhadap bapak dan Ibu, juga guru sebab semua memberi nasehat yang baik, untuk menjalani kehidupan kelak, memberi tongkat dan cahaya).
Watak dari tembang ini adalah memberi penjelasan, selain itu tembang Gambu menyiratkan satu sisi tentang ketergantungan manusia kepada manusia lain. Manusia memerlukan figur lain dalam membentuk kepribadian diri yang baik dan mantap. Orang tua, guru, ulama merupakan sosok yang paling ideal dan pas dala menanamkan  proses menuju kemandirian dan pendewasaan diri.
Tembang ini penuh  berisi petunjuk-petunjuk dan nasehat kepada generasi muda tentang pentingnya menghormati serta menghargai orang lain, terutama kepada orang yang lebih tua (baik orang tua/guru). Bentuk penghargaan dan penghormatan dengan jalan meng-implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, semua  ajaran, perintah dan petuah yang berkaitan dengan proses menuju arah kebaikan.
Manusia merupakan makhluk yang senantiasa lalai, oleh sebab itu tembang ini mengingatkan supaya antar sesama manusia saling mengingatkan, saling memberi nasehat dan saling memberi petunjuk, baik terhadap anggota keluarga, sanak saudara atau pun orang lain. Hal itu dilakukan sebagai  kewajiban yang harus dilakukan sebagai hamba Allah sebagai  bentuk tanggung jawab moral terhadap sesama.
Pelantuman tembang Mocopat biasanya diadakan oleh masyarakat pecinta seni tradisional di pedesaan. Pementasan ini biasanya diadakan ketika sedang melaksanakan hajatan, misal ; selamatan kandungan (pelet kandung), Mamapar (potong gigi), sunatan, ritual rokat (ruwatan anak), pesta perkawinan dan ketika memperingati hari-hari besar Islam. Durasi pembacaan Macopat pun beragam, dari durasi pendek sekitar satu jam sampai durasi panjang selama semalam suntuk. Acara ini biasanya dilaksanakan pada malam hari.
Adapun cerita yang dibawakan, tergantung dan disesuaikan  kepada situasi dan kondisi pelaksanaan hajatan. Terkadang setiap tembang dinyanyikan secara terpisah, terkadang pula mengambil variasi dari berbagai tembang. Untuk permainan semalam suntuk, dinyanyikan bermacam tembang, dari masing-masing tembang dipilih dan disesuaikan dengan cerita yang dibawakan. Biasanya untuk acara ritual rokat (ruwatan anak) menyajikan cerita Pandawa atau Betarakala, untuk Mamapar (potong gigi) dibacakan cerita Maljuna, cerita Nabbi Yusuf dibacakan pada acara selamatan kandungan (pelet kandung). Sedangkan cerita Nabi Muhammad, dibacakan ketika memperingati hari-hari besar Islam.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting